Beranda HEADLINE Sejumlah Perusahaan Migas Asing Hengkang dari Indonesia

Sejumlah Perusahaan Migas Asing Hengkang dari Indonesia

929
0

Eksis.id – ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd (CIHL) menambah daftar investor minyak dan gas bumi (migas) asing yang akan hengkang dari Indonesia.

Baru saja, pengelola Production Sharing Contract (PSC) Corridor itu sahamnya diakuisisi 100% oleh perusahaan migas swasta nasional yakni PT Medco Energi International Tbk (MEDC).

CIHL merupakan pemegang 100% saham di Conocophillips Grisik Ltd (CPGL) dan 35% saham di Transasia Pipeline Company Pvt. Ltd. (Transasia). CPGL adalah operator dari Corridor PSC dengan kepemilikan 54% working interest (hak partisipasi).

Pelepasan saham ke Medco ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan Medco untuk mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL) dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips, kemarin, Rabu (08/12/2021).

Direktur Utama MEDC Hilmi Panigoro menyampaikan bahwa transaksi akuisisi saham ConocoPhillips itu diharapkan selesai pada kuartal I-2022, dengan mengikuti persyaratan yang berlaku umum serta persetujuan para pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan sesuai jadwal

Sejatinya, kabar hengkangnya ConocoPhillips dari Blok Corridor ini sudah santer sejak awal 2021. Pembicaraan secara verbal atas cabutnya ConocoPhillips dari lapangan gas ini sudah dikatakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Padahal, pemerintah pada 2019 lalu sudah menyepakati perpanjangan kontrak PSC Corridor kepada ConocoPhillips selaku operator bersama dengan PT Pertamina Hulu Energi Corridor dan Talisman Corridor Ltd (Repsol). Adapun kontrak pengelolaan WK Corridor ini selama 20 tahun hingga tahun 2043 dari berakhirnya kontrak di tahun 2023.

Corridor PSC memiliki dua lapangan produksi minyak dan tujuh lapangan produksi gas berlokasi di onshore Sumatera Selatan, Indonesia. Mayoritas produksi adalah gas yang dijual melalui kontrak jangka panjang kepada para mitra yang handal di Indonesia dan Singapura.

Tak hanya ConocoPhillips, beberapa waktu belakangan investor migas asing jumbo lainnya juga menyatakan akan cabut dari proyek migas di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Royal Dutch Shell

Shell berencana melepas 35% sahamnya di Lapangan Abadi, Blok Masela.

Seperti diketahui, permasalah di Blok Masela memang rumit, proyek yang memiliki nilai investasi mencapai US$ 18-20 miliar ini sempat terombang-ambing karena keputusan penempatan Liquifed Natural Gas (LNG) apakah akan di darat (onshore) atau di lepas pantai (offshore). Keputusan penempatan LNG itu cukup menyita waktu pemegang kendali yakni Inpex Corporation dan Shell.


2. Chevron Indonesia Company

Chevron Indonesia Company (CICO) sebelumnya juga menyatakan akan mundur dari proyek gas laut dalam Indonesia Deep Water Development (IDD) di Kalimantan Timur. Sebelumnya, pihak Chevron menyampaikan bahwa proyek IDD tahap 2 dengan nilai investasi menembus US$ 5 miliar itu tidak dapat bersaing untuk mendapatkan modal dalam portfolio global Chevron.

Keputusan mundurnya Chevron itu juga bersamaan dengan berakhirnya kontrak Chevron di Blok Rokan yang saat ini telah dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) pada Agustus 2021 lalu.

Perusahaan migas asing yang sudah hengkang dari RI:

1. Hess Corporation

Berdasarkan hasil riset, sebelumnya terdapat beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) asing yang juga hengkang dari Indonesia sejak tahun 2013, salah satunya adalah Hess Corporation dari Blok Semai.

2. Marathon Oil

Kemudian Marathon Oil juga keluar dari pengelolaan Blok Pasang Kayu, Sulawesi Selatan.

3. Talisman Energy

Talisman Energy juga melepas sahamnya kepada Repsol pada 2015 lalu. Pada waktu itu, Talisman Energy juga memiliki hak partisipasi di Blok Corridor, Ogan Komering, dan Jambi Merang, Sumatera Selatan. *(Alf)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini